Minggu, 30 Agustus 2015

Menanamkan Budaya Baca Sejak Dini




 Hello  teman-teman…… di blog ini saya ingin berbagi cerita, berbagi pengalaman, juga diskusi seputar masalah anak dan dunianya, masalah pendidikan, pengalaman orang tua dalam menghadapi era teknologi informasi dan komunikasi yang mempengaruhi segala aktivitas kehidupan masa sekarang, juga masalah-masalah lain seputar lembaga pendidikan dan tenaga pendidiknya baik yang formal maupun yang non formal. Semoga blog ini membawa manfaat buat kita semua….

 Dunia Belajar dan Bermain Anak Sebelum Era TIK

Akhir  tahun 2004 saya tiba di Jakarta tepatnya di wilayah pinggiran dan perbatasan Bekasi Selatan dan Kabupaten Bogor. Di komplek perumahan RSS BTN yang saya tinggali, banyak sekali anak-anak kecil usia 0-8 tahun. Mereka bermain hampir sepanjang hari selepas pulang sekolah. Anak-anak perempuan bermain pasaran, rumah-rumahan dan perabotannya, boneka, engkle, petak umpet, dll. Anak laki-laki bermain tanah, bermain gundu/kelereng, karambol, catur, sepak bola, dll. Pada masa itu berkeliling komplek dengan sepeda juga menjadi favourit mereka. Hanya sedikit di antara orang-orang tua di situ yang membiasakan anak beristirahat di rumah atau dipanggil pulang saat tengah hari dan bahkan saat malam tiba. Mereka bermain di teras rumah, di pinggir gang depan rumah tetangga, atau di lahan kosong ujung gang yang teduh dengan pepohonan. Satu hal yang melegakan adalah saat sore / setelah Ashar mereka pergi mengaji di mushala. 


 
Tiga bulan setelah saya menetap di sana, saya umumkan kepada anak-anak tetangga niat saya membuka taman bacaan. “Tante akan membuka Taman Bacaan. Kalian boleh datang dan membaca di sini dari jam empat sore sampai Maghrib dari hari Senin sampai Kamis.” Riuhlah anak-anak menyambut pengumuman itu. Segera dari mulut ke mulut mereka mengabarkan ke teman-temannya di gang sebelah menyebelah untuk segera mendaftar menjadi anggota taman bacaan saya. 11 Januari 2005, Taman Bcaan Mutiara Ilmu berdiri. Koleksi buku yang saya miliki saat itu adalah buku cerita dan ilmu pengetahuan untuk anak serta buku dan majalah untuk umum (dewasa)  sebanyak  504 exp. 
 

 
 
Namun sebelum memaparkan event-event taman baca yang saya gelar kemudian, saya ceritakan sedikit kilas balik seputar keinginan saya mendirikan taman bacaan. Beberapa bulan sebelum menetap di sana saya berkenalan dengan penulis Azimah Rahayu dari FLP DKI yang menjadi sahabat pena saya saat itu dan menjadi sahabat pertama saya di Jakarta. Selain sebagai penulis, Azimah bekerja di Bapepam dan kos di daerah Paseban. Hobinya sama dengan saya membaca dan mengoleksi buku. Ia membuka taman bacaan di tempat kosnya. Bermula dari situ terpatri dalam hati saya keinginan untuk berbagi dengan orang lain di sekitar saya melalui buku-buku koleksi yang saya miliki.
Begitu saya tiba di Jakarta, saya pun larut dalam kegiatan sosial di dunia perbukuan. FLP Peduli Aceh adalah acara kedua yang saya ikuti setibanya saya di Jakarta, bertemu dengan kenalan-kenalan baru di sekitar dunia buku dan kepenulisan organisasi Forum Lingkar Pena pada 9 Januari 2005 di Taman Ismail Marzuki. Beberapa hari sebelumnya saya sudah mengikuti acara diskusi dengan kelompok penulis dan budayawan di Perpustakaan Nasional Salemba pada 21 Desember 2004 antara lain dengan penulis Ayu Utami yang karyanya saya koleksi Saman dan Larung.
Berturut-turut kemudian sembari melayani anak-anak sekitar di taman bacaan, saya bergabung dengan Komunitas 1001buku, komunitas pengelola perpustakaan anak Indonesia yang bermarkas di wilayan Pancoran Jakarta Selatan di kediaman Ketua Komunitasnya, rekan saya Dwi Andayani sarjana teknik lulusan ITB. Lewat komunitas tersebutlah  saya berkenalan dengan beberapa istri pejabat tinggi negara dan istri Menteri Kabinet Indonesia Bersatu yang berpuncak dengan digelarnya aktivitas sosial komunitas kami yang pertama secara nasional yaitu OTBA (Olimpiade Taman Bacaan Anak) pada bulan Maret 2006 di halaman Gedung Menegpora Senayan. Kemudian saya bergabung lagi dengan komunitas sejenis di bidang penanaman dan penggalakan budaya literasi yaitu Forum Indonesia Membaca yang digawangi rekan saya Wien Muldian yang bekerja di Perpustakaan Depdiknas (Depdikbud). Melalui forum demi forum komunitas yang saya ikuti itulah kemudian saya  berkunjung ke taman-taman baca tidak hanya di Jakarta namun juga ke beberapa wilayah di Bogor, Bandung, Serang, dan lain-lain.

Kenangan Indah Masa Kecil.
 
Taman Bacaan Mutiara Ilmu dengan demikian lebih merupakan arena saya mengasah kecintaan anak-anak terhadap buku sedari kecil. Seperti pengalaman pribadi saya bersama almarhum ayah saya yang mengajarkan saya membaca buku tidak dengan sistem drill namun beliau dengan telaten membacakan buku apapun setiap hari selepas pulang mengajar. Di bawah kerindangan pohon jambu biji di rumah nenek yang berlahan 650 m2, yang penuh tetumbuhan dan aneka binatang peliharaan, di udara sore yang sejuk, ayah saya terbiasa membaca buku untuk melepaskan lelah dan pada saat itulah saya senantiasa merengek minta dibacakan buku. Namun karena pada masa kecil saya buku cerita tidaklah sebanyak sekarang, maka ayah membacakan buku apa saja termasuk buku cara menanam buah dan cara memelihara binatang yang sebenarnya bukan untuk konsumsi anak seusia saya. Alhasil saya menjadi ketagihan membaca dan sangat menyukai buku dibanding permainan anak semacam boneka, alat masak-masakan, dan sebagainya. Yang lebih penting lagi dari pengalaman masa kecil tersebut adalah ingatan kuat saya akan kenangan manis duduk di pangkuan ayah sembari dibacakan buku dengan penuh kesabaran walaupun beliau tengah beristirahat akibat lelah habis bekerja / mengajar dari pagi sampai jam dua siang. Tidak sekalipun ayah saya menolak membacakan, atau membentak saya jika saya banyak bertanya, banyak ingin tahu tentang segala hal yang ada di buku, seperti lazimnya anak-anak pada usia itu yang begitu tingi rasa ingin tahunya. Beliau adalah sosok ayah yang sangat telaten dan sosok guru yang sabar. Kenyataan inilah yang saya jadikan prinsip saya dalam menanamkan budaya membaca kepada anak sedari kecil. Pembiasaan, kesabaran, dan kerelaan orang tua melayani anak pada tahap awal pendidikan sebelum masuk pendidikan formal di sekolah melalui kegiatan membacakan buku dengan penuh kecintaaan kepada sang anak. Insya Allah anak akan memjadi pembaca dan pecinta buku seumur hidupnya.

Taman Baca dengan Segala Aktivitasnya.
Penyediaan buku saja tidaklah cukup menjadi penarik minat anak untuk membaca tanpa upaya menggali minat-minat mereka yang lainnya. Mula-mula di taman baca saya adakan lomba intern antar mereka pada hari libur. Lomba-lomba kecil dan sederhana mulai saya gulirkan misalnya tebak tokoh cerita dari buku yang saya bacakan, menceritakan kembali isi buku dengan kalimat mereka sendiri, bermain peran, mengarang bebas, dan sebagainya.
Dengan berjalannya waktu, lomba dengan hadiah sederhana saja tidaklah menarik minat anak lagi, harus ada bintang tamu, kegiatan bermain yang mendidik selepas membaca (puzzle, melipat origami, mewarnai, menggambar, bermain tebak-tebakan, bermain operet, dan lain-lain), juga tersedianya makanan minuman, adanya kesempatan mengekspresikan diri di panggung pertunjukan, dan seterusnya. 





Kuis Asah Kecerdasan Otak antar SD di Desa Bojongkulur
Dalam rangka HUT ke-2 TB.Mutiara Ilmu
  


        


Rumah Cahaya FLP Bekasi
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar